Kisah Nabi Adam, Khalifah Pertama di Muka Bumi
Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diturunkan oleh Allah SWT di muka bumi. Tidak hanya Nabi Adam saja, Siti Hawa pun diturunkan ke bumi oleh Allah SWT. Nabi Adam menjadi laki-laki pertama yang ada di bumi, sedangkan Siti Hawa menjadi perempuan pertama. Oleh karena itu, kebanyakan laki-laki sering disebut dengan kaum adam dan perempuan disebut kaum hawa.
Lantas mengapa Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi? Penasaran? Yuk, kita simak kisahnya bersama!
Apa Itu Khalifah?
Dalam surat Al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam adalah khalifah pertama di muka bumi. Apa sebenarnya arti khalifah? Khalifah berasal dari bahasa Arab, khalaf, yang memiliki arti di belakang. Sementara, dalam Al- Qur’an, khalifah memiliki dua arti yang berbeda yaitu sebagai manusia atau wakil Allah di bumi (terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang menceritakan kisah Nabi Adam) dan arti lainnya adalah penguasa atau pemimpin dalam surat Al-Shad ayat 26 yang menceritakan kisah Nabi Daud.
Dari beberapa arti tersebut dapat disimpulkan bahwa khalifah adalah manusia yang memimpin, menuntun, dan memelihara seluruh isi dunia sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Manusia sendiri tercipta sebagai makhluk yang bertanggung jawab menjaga alam dan keseimbangannya. Nabi Adam merupakan khalifah pertama yang menerima tanggung jawab tersebut dari Allah SWT.
Persiapan Menjadi Khalifah
Manusia dianugerahi akal pikiran agar dapat mengenal seluruh alam dan isinya, seperti matahari, bulan, tumbuhan, dan lautan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan menjadi khalifah untuk menjaga keseimbangannya. Persiapan diri menjadi khalifah sebenarnya telah ditetapkan dalam Al-Qur’an yaitu:
1. Al-Baqarah ayat 22
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Dari ayat yang disebutkan di atas dapat kita lihat bahwa tujuan manusia hidup di muka bumi adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah dan supaya dapat beribadah dengan baik. Oleh karena itu, dalam ayat ini pula disebutkan buah-buahan sebagai rezeki manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup, memiliki tubuh yang sehat, dan merasa aman sehingga ibadah kepada Allah dapat terlaksana dengan baik.
2. Al-Baqarah ayat 31
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa untuk dapat menjadi memimpin dan menggerakkan semua benda yang ada di muka bumi (alam semesta), manusia harus mengetahui nama, kegunaan, dan cara mengaturnya agar manusia dapat memanfaatkan tata surya, tumbuhan, tanah, mata air dengan baik sebagaimana semestinya.
3. Al-Baqarah ayat 36
Lalu, setan memerdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
Dalam ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga karena terbujuk oleh perkataan setan untuk melanggar aturan surga. Dari kisah tersebut, dapat kita ketahui menjadi seorang khalifah di muka bumi ini tidak hanya melewati jalan yang mudah, melainkan melalui berbagai rintangan untuk meraih kemenangan.
Baca: Nama Nama Nabi dan Tugasnya
Alasan Nabi Adam Diturunkan ke Bumi
Bumi merupakan salah satu planet yang berada pada jajaran tata surya berisikan makhluk hidup yang telah disempurnakan oleh Allah SWT. Setiap makhluk hidup yang ada di bumi memiliki perannya masing-masing untuk menjaga keseimbangan kehidupan.
Manusia memiliki tugas sebagai pengatur rantai utama makanan, sementara hewan dan tumbuhan sebagai penyeimbang. Matahari, awan, langit, dan berbagai elemen yang berada di sekitar planet bumi lainnya bertugas sebagai penyokong keberlangsungan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan seperti adanya mata air, suburnya tanah, minyak bumi, dan sebagainya.
Kehidupan di dunia tidak mungkin terlepas dari sosok manusia. Oleh karena itu, Allah menciptakan Nabi Adam dengan perhitungan yang matang. Meskipun Allah SWT telah memiliki ribuan malaikat yang selalu mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya, Allah SWT menciptakan Nabi Adam sebagai khalifah di muka bumi ini.
Berikut alasan diturunkannya Nabi Adam ke bumi ini:
1. Dikeluarkan dari Surga karena Tipu Daya Setan
Nabi Adam merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah melebihi malaikat, ciptaan-Nya yang paling patuh. Allah pun menyuruh malaikat dan setan untuk sujud pada Nabi Adam. Berbeda dengan malaikat yang sudah bersujud pada Nabi Adam, setan belum juga bersujud dan bertanya pada Allah, “Terbuat dari apa manusia itu?” Lalu Allah berkata “tanah” mendengar ada makhluk sempurna tercipta hanya dari tanah dan akan dijadikan sebagai khalifah, setan pun menolak. Allah menghukum setan dengan mengeluarkannya dari surga dan memasukkan mereka ke dalam neraka.
Di dalam surga terdapat buah terlarang, Allah memerintahkan kepada seluruh penghuni surga untuk tidak memakan buah tersebut. Namun, setan yang dendam kepada Nabi Adam membujuknya dan Siti Hawa untuk memakan buah terlarang sehingga mereka diturunkan oleh Allah ke bumi. Setan yang masih belum puas karena Nabi Adam dan Siti Hawa tidak dikirim ke neraka melainkan ke bumi berjanji untuk terus membujuk keturunan Nabi Adam agar melanggar perintah Allah dan menemaninya dalam bara api neraka.
2. Menjadi Khalifah
Sesuai dengan artinya, Nabi Adam menjadi manusia pertama yang memimpin keseimbangan bumi dengan menjaga dan melestarikan makhluk lainnya yang telah diciptakan oleh Allah.
3. Mengelola Kekayaan Alam
Nabi Adam menjadi manusia pertama yang diciptakan oleh Allah untuk mengelola kekayaan alam yang ada di bumi. Manusia merupakan makhluk paling sempurna dan telah dibekali dengan akal untuk berpikir dan bertindak dalam menjaga keseimbangan alam. Seperti bercocok tanam, pengadaan reboisasi, melestarikan flora dan fauna agar terhindar dari kepunahan.
4. Memiliki Keturunan
Nabi Adam diturunkan ke bumi guna mengisi populasi manusia dengan memiliki keturunan. Tujuannya adalah untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah. Di sisi lain, dengan bertambahnya jumlah manusia di bumi diharapkan mampu mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan baik.
5. Agar Manusia Bersyukur dan Cinta kepada Allah
Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bertaqwa dan bertawakal serta senantiasa bersyukur. Dengan diturunkannya Nabi Adam ke bumi, diharapakan membuat manusia lebih bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Apabila Nabi Adam tetap berada di surga, bukan tidak mungkin manusia akan berubah menjadi makhluk yang sombong dan tak berdoa pada Allah. Berada di bumi membuat manusia berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya. Apabila hal yang diinginkan oleh manusia merupakan hal yang baik untuknya, maka Allah akan mengabulkan keinginannya dan membuat manusia bersyukur .
Kisah Hidup Keluarga Nabi Adam
Ketika Nabi Adam diciptakan oleh Allah, beliau telah hidup di surga, pada saat itu penghuni surga tidak hanya Nabi Adam saja, tetapi ada malaikat dan setan di dalamnya. Malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya, sedangkan setan diciptakan dari api dan Nabi Adam tercipta dari tanah.
Nikmatnya surga telah dirasakan oleh ketiga makhluk tersebut. Meski tidak sendirian, Nabi Adam As merasa kesepian karena tidak ada makhluk yang sama dengan dirinya. Hingga terciptalah makhluk yang senantiasa mendampingi beliau yakni Siti Hawa.
Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam dengan harapan memberi kebahagiaan dan memenuhi kebutuhan Nabi Adam sesuai kehendak Allah SWT.
Hingga suatu hari terjadi peritiwa Allah memerintahkan malaikat dan setan untuk sujud kepada Nabi Adam. Malaikat telah mematuhi perintah Allah, tetapi tidak dengan setan. Setan pun dimasukkan ke neraka oleh Allah.
Setan mendendam kepada Nabi Adam sehingga membujuk rayu Nabi Adam dan Siti Hawa untuk melanggar aturan Allah di surga. Kemudian keduanya dipindahkan dari surga ke bumi untuk bertobat memohon ampunan Allah. Berikut kisah Nabi Adam dan Siti Hawa ketika berada di bumi:
1. Pertemuan dengan Siti Hawa
Nabi Adam dan Siti Hawa sudah hidup sebagai pasangan ketika berada di surga. Hingga kejadian memakan buah terlarang itu datang dan membuat mereka diturunkan ke bumi. Saat berada di bumi, mereka tidak diturunkan pada tempat yang sama, Nabi Adam diturunkan di Hindustan, sementara Siti Hawa diturunkan di Jeddah, Arab Saudi. Sekian lama tidak bertemu, mereka dipersatukan kembali di Jabal Rahmah, Arafah. Kebahagiaan pertemuan itu lantas mereka wujudkan dengan sebuah ikatan suci pernikahan.
2. Hadirnya Buah Hati
Kebahagiaan Adam dan Siti Hawa semakin sempurna saat mereka dikaruniai buah hati. Siti Hawa mengandung selama dua kali dan dari kedua kehamilan tersebut menghadirkan anak kembar. Keturunan tersebut diharapkan dapat melanjutkan langkah ayah dan ibunda dalam menegakkan agama dan mengelola kekayaan alam di bumi. Nabi Adam dan Siti Hawa memiliki dua putra dan dua putri dari pernikahannya, yaitu Qabil, Iklima, Habil, dan Labuda.
3. Pernikahan Putra dan Putri Nabi Adam
Pada saat itu, manusia di bumi hanya ada enam orang saja. yakni Nabi Adam, Hawa, Qabil, Iklima, Habil, dan Labuda. Jadi, untuk melanjutkan keturunan manusia yang ada di bumi, mereka harus menikah dengan saudaranya sendiri dengan catatan mereka tidak boleh menikahi saudara kembarnya sendiri.
Iklima merupakan saudara kembar Qabil, sementara Labuda merupakan saudara kembarnya Habil. Karena tidak boleh menikahi saudara kembar, Nabi Adam menikahkan Iklima dengan Habil dan Labuda dengan Qabil.
Itulah kisah nabi sekaligus khalifah pertama di muka bumi ini, Nabi Adam. Dari kisah beliau, kita dapat mengambil pelajaran serta hikmah yang telah dibuat oleh Nabi Adam dan Siti Hawa dengan senantiasa bertobat, memohon ampunan pada Allah, dan berpegang teguh untuk menapaki jalan yang diridai oleh Allah. Sesungguhnya mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya akan terasa mudah jika kita menjalankannya dengan niat ikhlas, tulus, dan sepenuh hati. Mari bersama-sama belajar menjadi khalifah yang membawa kebaikan pada bumi dan mempersiapkan perbekalan yang banyak untuk akhirat kelak, ya!