Ketaatan Nabi Ismail hingga Menemukan Air Zam-Zam yang Bermanfaat bagi Seluruh Umat
Nabi Ismail merupakan anak dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Kisah hidup yang dilalui oleh Nabi Ismail dapat menggugah hati manusia, terlebih kesabaran dan kepatuhannya kepada Allah dalam menjalani kehidupan. Pelajaran hidup telah diterima oleh Nabi Ismail sejak kecil hingga dewasa, tetapi beliau tidak mengeluh sedikit pun, semakin Allah memberi ujian kepada beliau, semakin kuat juga iman beliau kepada Allah. Bagaimana kisah Nabi Ismail selengkapnya? Yuk, kita simak bersama kisah beliau!
Siti Hajar dan Nabi Ismail Menemukan Air Zam-Zam
Ketika telah menyelesaikan ibadah haji atau umroh, biasanya para jamaah akan membawa buah tangan berupa air zam-zam. Air zam-zam tersebut mengandung keberkahan memiliki banyak manfaat. Berikut sejarah munculnya air zam-zam tersebut:
1. Asal Usul Air Zam-Zam
Selama pernikahan Nabi Ibrahim dan Sarah, mereka belum dikaruniai keturunan. Sarah menjadi gelisah dan khawatir. Lalu dia meminta kepada Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar. Setelah menikah dengan Siti Hajar, lahirlah seorang bayi tampan bernama Ismail. Perhatian Nabi Ibrahim pun teralihkan kepada Nabi Ismail dan Siti Hajar. Sarah pun mulai cemburu melihat keadaan tersebut.
Sarah pun meminta kepada suaminya agar Nabi Ismail dan Siti Hajar pergi dari rumah yang ditinggali oleh Sarah dan Nabi Ibrahim. Namun, Nabi Ibrahim tidak setuju dengan keinginan Sarah. Kemudian datanglah perintah Allah agar dapat menyelamatkan rumah tangga Nabi Ibrahim dengan mengabulkan keinginan dari Sarah.
Mendengar perintah Allah, Nabi Ibrahim pun mengajak Siti Hajar beserta Nabi Ismail yang masih bayi ke Mekah. Nabi Ibrahim menyiapkan perbekalan untuk meninggalkan Siti Hajar dan anaknya di tanah yang kosong dan tandus. Wilayah tersebut bahkan belum berpenghuni sama sekali.
Melihat Nabi Ibrahim yang bersiap untuk pergi meninggalkannya, Siti Hajar pun menghadang Nabi Ibrahim untuk pergi. Siti Hajar bertanya, “Mengapa meninggalkan kami di sini? Apakah ini perintah dari Allah?” dan Nabi Ibrahim pun menjawab “Iya.” Siti Hajar pun akhirnya mengerti dan membiarkan suaminya pergi, Siti Hajar yakin bahwa Allah akan menjaga diri beserta anaknya selama hidup di kota tersebut.
Sesungguhnya dalam hati yang terdalam, Nabi Ibrahim tidak tega membiarkan mereka hidup di daerah tersebut. Oleh karena itu, beliau memanjatkan doa kepada Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an, Surat Ibrahim ayat 37:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikan rezeki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Baca: Perbedaan Nabi dan Rasul
Setelah persediaan air minum habis, Nabi Ismail kecil mulai menangis karena kehausan. Siti Hajar tidak tega melihat anaknya menangis tanpa henti. Siti Hajar lalu mencari mata air ke bukit Shafa tetapi, ia tidak menemukan mata air sama sekali. Ia pun turun dari bukit itu dan pergi menuju ke Marwah. Siti Hajar ke Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, tetapi tidak berhasil menemukan mata air untuk minum Nabi Ismail.
Ketika sedang berlarian mencari mata air dan berada di dekat sekitar Nabi Ismail kecil, Siti Hajar mendengar suara yang asing. Dia pun menghampiri anaknya dengan rasa khawatir, berpikir bahwa ada binatang yang mengganggu bayinya. Sesampainya di tempat Nabi Ismail kecil berada, Siti Hajar melihat air memancar dari telapak kaki Nabi Ismail kecil. Melihat adanya mata air, Siti Hajar langsung memberikan air minum kepada putranya dan hal itu merupakan salah satu mukjizat Nabi Ismail. Air tersebut merupakan mata air zam-zam yang menjadi air berkah bagi masyarakat muslim di seluruh dunia.
Namun, ada beberapa versi dari munculnya air zam-zam tersebut, salah satu versi lainnya menceritakan bahwa Malaikat Jibril, utusan Allah yang menyamar menjadi seorang laki-laki dan mengentakkan kakinya ke tanah, tak lama muncul air yang jumlahnya sangat melimpah. Laki-laki pun berkata,” Zam-zam!” arti dari zam-zam sendiri adalah berkumpul. Mata air tersebut membentuk mata air yang disebut dengan air zam-zam.
Sebelum Malaikat Jibril pergi, beliau berpesan kepada Siti Hajar bahwa air itu tidak akan pernah habis. Nantinya, air tersebut akan sangat berguna bagi seluruh manusia yang sedang melakukan perjalanan ke Baitullah.
Setelah kejadian tersebut, datanglah kaum Jurhum ke Mekah. Mereka pun melihat burung-burung sedang beterbangan di atas telaga zam-zam. Kaum Jurhum berpikir apabila ada sekumpulan burung atau hewan yang berkumpul, pasti ada sumber mata air di sekitarnya.
Dua orang dari kaum Jurhum berlari ke sumber mata air tersebut untuk memastikan kebenaran adanya sumber mata air tersebut. Setelah berada di lokasi, dua orang tersebut melihat adanya air yang sangat berlimpah. Mereka pun bergegas kembali ke tempat sukunya berada untuk mengabarkan berita itu. Kemudian, seluruh kaum Jurhum datang berbondong-bondong untuk pergi ke sumber mata air zam-zam.
Sesampainya di sumber mata air zam-zam, mereka melihat Siti Hajar. Kaum Jurhum pun meminta izin kepada Siti Hajar untuk mengambil air tersebut. Siti Hajar mengizinkan mereka mengambil air zam-zam dengan syarat tidak boleh memiliki mata airnya. Kaum Jurhum menyetujuinya, hal tersebut membuat suku Jurhum memutuskan untuk tinggal di Mekah. Kejadian ini tentunya membuat Siti Hajar sangat senang, tanah yang ia tinggali bersama Nabi Ismail kecil menjadi berpenghuni dan mulai menanam berbagai tanamana di lahan tersebut agar dapat memiliki bahan yang cukup untuk memperoleh bahan pangan dan mendapatkan penghasilan.
2. Manfaat Air Zam-Zam
Khasiat yang dimiliki air zam-zam banyak sekali, terutama bagi tubuh manusia. Bagi kesehatan tubuh, air zam-zam dapat memperlancar peredaran darah dan metabolisme tubuh. Air zam-zam dipercaya berkhasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Untuk kecantikan, air zam-zam dapat membantu regenerasi kulit mati. Air zam-zam juga bermanfaat bagi ibu hamil untuk menguatkan rahim dan janin yang di kandungnya mendapatkan nutrisi yang baik.
Ketaatan Nabi Ismail kepada Allah
Ketaatan Nabi Ismail kepada Allah tidak perlu diragukan, beliau akan melakukan apa pun yang diperintahkan oleh Allah meskipun hal itu mempertaruhkan nyawanya. Berikut beberapa ketaatan Nabi Ismail yang wajib kita ketahui:
1. Mendirikan Ka’bah
Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk membangun ka’bah di dekat sumber mata air zam-zam tersebut. Kabar itu pun diberitahukan kepada Nabi Ismail dan mengajaknya untuk membangun ka’bah dan Nabi Ismail pun menyetujuinya dan membangun Rumah Allah bersama. Bangunan itu didirikan hanya dua orang saja, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memilih batu sebagai bahan material ka’bah.
Ketika mereka mendirikan fondasi di Baitullah, mereka saling bekerja sama. Nabi Ismail membawa batu itu dan Nabi Ibrahim menyusunnya. Hari-hari terlewati, bangunan tersebut pun semakin lama semakin tinggi. Nabi Ismail membawa sebuah batu untuk pijakan ayahnya. Tempat itu juga nantinya yang akan menjadi makam Nabi Ibrahim. Ketika bangunan tersebut mulai terlihat sebagai sebuah bangunan yang sempurna mereka pun berdoa:
“Ya Tuhan kami, terimalah amal dari kami. Sungguh, Engkau Maha Melihat, Maha Mengetahui” (Al-Baqarah:127)
Saat hampir selesai membuat ka’bah, di pojok tenggaranya masih belum tertutup dengan baik. Mereka pun menutupinya dengan batu hitam mengkilap. Sebelum meletakkan batu tersebut pada sisi bangunan yang masih kosong tersebut, mereka menciumnya terlebih dahulu. Batu itu dinamakan dengan Hajar Aswad. Setelah itu, mereka lari mengelilingi bangunan tersebut.
Setelah hampir menyelesaikan pembangunan ka’bah hari itu, mereka memanjatkan permohonan kepada Allah. Mereka mengangkat kedua tangannya seraya berkata:
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (Al-Baqarah:128)
Setelah masa pembangunannya selesai, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diberikan petunjuk oleh Allah tentang tata cara beribadah kepada-Nya. Tata cara ibadah tersebut itulah yang nantinya akan dilanjutkan oleh para nabi dan rasul selanjutnya.
Ka’bah memiliki bentuk kubus dari zaman dahulu kala, tetapi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tidak membuat atapnya. Nama lain dari ka’bah adalah Rumah Allah (Baitullah) karena pembangunannya pun dibangun atas nama Allah.
2. Pengorbanan untuk Disembelih
Setelah sekian lama berpisah dari Siti Hajar dan Nabi Ismail, Nabi Ibrahim akhirnya dapat berjumpa dengan dua orang yang paling dirindukannya. Mereka bertiga akhirnya berjumpa dan melepas rindu di Padang Arafah dan bermaksud untuk pulang ke rumah Nabi Ibrahim.
Namun, di tengah perjalanan saat mereka beristirahat. Nabi Ibrahim bermimpi dan diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail. Mimpi tersebut datang berulang-ulang dan akhirnya beliau menyadari bahwa mimpi tersebut merupakan wahyu dari Allah. Kemudian mimpi itu diutarakan kepada Nabi Ismail. Jawaban dari Nabi Ismail yang saat itu masih kecil sungguh di luar dugaan, beliau menyanggupi perintah Allah yang disampaikan kepada ayahnya tersebut.
Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar pun pergi menuju atas bukit untuk memenuhi perintah Allah. Di pertengahan jalan, iblis mulai mencoba menghasut untuk menggagalkan mereka menuruti perintah Allah. Namun, mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh hasutan iblis tersebut. Mereka mulai melempari iblis itu dengan batu. Hasilnya, sang iblis pergi dan membawa kegagalan.
Nabi Ismail sudah siap menjalankan perintah dari Allah. Dia diletakkan di atas bebatuan dan ditutupi kain putih. Ketika tiba saat penyembelihan, secara tiba-tiba Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing untuk dijadikan hewan kurban.
Dengan begitu, Nabi Ismail selamat, Allah sedang menguji ketaatan dan keimanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Allah ingin mengetahui seberapa besar taatnya mereka terhadap-Nya.
3. Melakukan Khitan
Manusia pertama dan kedua yang melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Allah memerintahkan mereka untuk melakukan khitan atau sunat. Pada saat itu, Nabi Ismail berumur 13 tahun, sementara Nabi Ibrahim berusia 90 tahun. Hal ini terus diajarkan oleh para nabi sesudah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sehingga semua orang bisa menerapkan hal tersebut hingga kini. Khitan atau sunat sendiri dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Kenabian Nabi Ismail
Nabi Ismail berdakwah terhadap kaumnya selama 50 tahun. Dakwah yang beliau sampaikan berisi tentang ketauhidan yang mengajarkan bahwa Allah hanya ada satu, hal itu dilakukan agar mencegah kaumnya melaksanakan perbuatan syirik dan menyembah patung atau berhala.
Nabi Ismail melaksanakan perintah dari Allah untuk membimbing kaum Jurhum, kabilah Yamani, dan ‘Amaliq. Beliau mengajak mereka untuk melakukan salat dan menunaikan zakat.
Makam Nabi Ismail
Menurut beberapa sejarahwan, usia Nabi Ismail mencapai 130 tahun atau lebih. Pemakamannya berada di sisi pusara ibundanya, Siti Hajar, tempatnya biasa disebut dengan Hijr Ismail.
Hikmah Kisah Nabi Ismail dan Keluarga
Berbagai kisah dari Nabi Ismail dan keluarga beliau merupakan perintah-perintah Allah yang kita semua lakukan ketika sedang menjalankan ibadah haji. Seperti membangun ka’bah selain untuk kita jadikan kiblat saat melaksanakan salat, juga melaksanakan sa’i yang diambil dari peristiwa Siti Hajar yang mencari mata air berlarian sebanyak tujuh kali dari Shafa ke Marwah dijadikan pedoman untuk mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali.
Pelontaran Jumrah sebagai bentuk pelemparan batu kepada iblis agar tidak dapat menghasut kita sebagai manusia melakukan hal yang dibenci Allah. Begitu pula saat penyembelihan Nabi Ismail yang diganti oleh kambing menjadi perintah Allah untuk menyembelih kurban setiap Hari Raya Idul Adha
Begitu juga dengan air zam-zam yang diterima oleh Siti Hajar dan Nabi Ismail adalah anugerah dari Allah yang dapat kita rasakan sampai sekarang berkat ketaatan dan kesabaran Nabi Ismail beserta keluarganya. Sebagai manusia, kita harus percaya apabila kita diberi pelajaran hidup dan dapat melewatinya dengan berbekal kesabaran dan pasrah maka pertolongan Allah pun akan datang dengan cara yang mengagumkan.