Nabi Daud dan Keberaniannya Menghadapi “Raksasa” Jalut!
Kisah para nabi sangat patut kita jadikan teladan dalam menjalani kehidupan. Mulai dari akhlak hingga cara menghadapi berbagai pelajaran hidup yang dilaluinya. Seperti kisah Nabi Daud, beliau merupakan seorang nabi dan raja bagi kaum Bani Israil yang sangat berani dan bijaksana. Rakyatnya begitu mencintai karakter dan kepemimpinan Nabi Daud.
Sebelum menjadi raja, Nabi Daud merupakan warga biasa yang tinggal kota Bethlehem, Palestina. Apabila ditelusuri beliau merupakan keturunan dari nabi-nabi terdahulu, tepatnya dari Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Yaqub dan menjadi keturunan ke-12 dari Nabi Ibrahim. Bagaimana kisah Nabi Daud dapat menjadi raja bagi kaum Bani Israil? Yuk, kita simak kisahnya bersama!
Raja untuk Kaum Bani Israil
1. Setelah Nabi Musa Wafat
Kaum Bani israil merupakan kaum yang sangat beruntung, terlebih setelah terbebas dari Raja Fir’aun. Melalui Nabi Harun dan Musa, Allah selalu mengabulkan permintaan mereka dan mereka tidak pernah kekurangan sandang, papan, dan pangan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat Nabi Musa masih hidup, kaum Bani Israil sedang kekurangan air dan mereka kehausan. Lalu, mereka meminta tolong kepada Nabi Musa agar diberi kemudahan untuk mendapatkan air. Nabi Musa pun memukulkan tongkatnya pada sebuah batu, tak lama keluarlah air yang mengalir dengan deras dan mereka dapat minum kembali.
Setelah Nabi Musa dan Harun meninggal dunia, ada seorang pemuda yang bernama Yusya’ bin Nun yang memimpin kaum Bani Israil. Pada saat itu, terdapat dua asbath atau keturunan, yaitu keturunan Lewi dan Yahuda. Dalam silsilahnya, keturunan Lewi merupakan keturunan yang melahirkan para nabi, sementara keturunan Yahuda yang melahirkan para raja.
Berdasarkan kedua keturunan tersebut, para nabi yang menentukan raja bagi kaum Bani Israil dan membimbing dalam hal keagamaan kepada raja yang akan memimpin kaumnya.
Setelah Yusya’ wafat, para keturunan Lewi semakin sedikit dan keturunan para raja gugur dalam peperangan. Itu membuat kaum Bani Israil kembali menyimpang dari perintah Allah dan ajaran para nabi. Bahkan, mereka kembali menyembah berhala, benda mati yang tidak dapat mengabulkan permintaan bagi mereka.
Kaum Bani Israil yang tidak memiliki pemimpin, menimbulkan berbagai perselisihan dan rasa persatuan dalam kaum tersebut mulai hancur. Pada akhirnya, tanah yang mereka tinggali saat itu dijajah oleh kaum Filistin.
2. Thalut Menjadi Raja
Berbagai masalah yang datang silih berganti kepada kaum Bani Israil, membuat mereka menginginkan kehadiran seorang pemimpin yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka percaya dengan adanya pemimpin dapat mengubah suasana menjadi damai dan tenang kembali. Selain itu, mereka dapat terbebas dari kaum penjajah yang menduduki wilayah kaum Bani Israil, Palestina.
Pada saat itu, masih ada keturunan Lewi yang bernama Samuel. Kaum Bani Israil pun meminta tolong kepadanya agar memilih pemimpin dari salah satu orang dalam kaum mereka. Samuel masih memikirkan permintaan yang diajukan oleh kaum tersebut, karena dirinya khawatir memilih seseorang yang tidak sesuai dengan kriteria pemimpin atau tidak disukai oleh kaum tersebut. Namun, kaum tersebut terus mendesak Samuel agar segera memilih karena mereka tidak ingin terus-menerus tertindas dan menderita di negeri sendiri.
Akhirnya, Samuel berdoa kepada Allah untuk diberi petunjuk dalam memilih pemimpin untuk kaum Bani Israil. Allah pun mengabulkan doanya dan terpilihlah Thalut menjadi pemimpin mereka. Pada saat Thalut akan memimpin, hal yang dikhawatirkan oleh Samuel pun terjadi. Pro dan kontra terjadi dalam kaum Bani Israil, mereka masih tidak terlalu mengenal orang yang akan menjadi rajanya tersebut dan meremehkannya karena dia seorang petani biasa.
Samuel menenangkan pro kontra yang terjadi, dengan cara menjelaskan kepada mereka sisi baik yang ada pada Thalut. Dia memiliki sifat pemberani dan cerdas dalam mengatur strategi perang. Selain itu, dirinya memiliki tubuh yang kuat, kekar, dan sangat memahami ilmu tata negara. Setelah dijelaskan berbagai kriteria yang dimiliki oleh Thalut, mereka akhirnya menerima Thalut menjadi raja bagi kaum Bani Israil.
Keberanian Nabi Daud Mengalahkan Jalut
Setelah Thalut diangkat menjadi raja bagi kaum Bani Israil, dia pun segera mengatur strategi perang dan memilih orang yang akan ikut dalam peperangan. Syarat yang diajukan oleh Raja Thalut dalam memilih prajuritnya adalah tidak memiliki ikatan pernikahan dan perdagangan. Dengan begitu, mereka hanya berfokus terhadap lawannya dalam medan perang.
Dalam peperangan yang terjadi, Raja Thalut menghadapi musuh yang sangat kuat. Mereka memiliki prajurit dengan jumlah yang sangat banyak dan kuat. Bahkan, mereka memiliki panglima perang yang sangat tangguh dan perkasa bernama Jalut. Postur tubuhnya sangat tinggi dan kekar seperti raksasa, wataknya pun sangat kejam, dan tidak ragu dalam menlenyapkan musuhnya.
Di tengah perjalanan, para prajurit Raja Thalut diuji oleh Allah. Sang raja pun menyampaikan perintah-Nya kepada rakyatnya, “Kita akan melewati sungai ini dan Allah melarang kita meminum air sungai ini setetes pun. Apabila meminumnya, mereka tidak termasuk orang-orang beriman.” Selain itu, prajurit yang meminum air sungai tersebut, tidak dapat turut serta dalam peperangan melawan prajurit Jalut.
Ternyata ujian yang diberikan oleh Allah tidak hanya sampai di sungai tersebut. Setelah menyebrangi sungai, beberapa prajurit yang lemah imannya meninggalkan Raja Thalut dan tidak ikut dalam peperangan. Namun, bagi yang kuat imannya masih ikut dalam perjalanan menuju tempat Jalut dan prajuritnya berada. Kejadian tersebut membuat prajurit yang dimiliki oleh Raja Thalut berkurang.
Baca: nama nama nabi dan mukjizatnya
Sesampainya di tempat peperangan, Raja Thalut kaget melihat jumlah musuh yang sangat banyak, sedangkan prajuritnya sangat sedikit. Prajurit Raja Thalut pun menjadi takut dan ragu dalam memulai peperangan melawan Jalut. Kondisi tersebut membuat Raja Thalut memohon pertolongan kepada Allah dengan berdoa, “Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”
Allah pun mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh Raja Thalut. Dengan pertolongan-Nya, seluruh prajurit Raja Thalut mempunyai keberanian dalam menghadapi prajurit Jalut. Mereka bertempur dengan gagah berani dan percaya diri.
Akhirnya, prajurit Jalut pun dapat dikalahkan dengan mudah, itulah yang akan terjadi jika kita menyerahkan semuanya pada Allah. Hanya tersisa Jalut dan beberapa prajuritnya yang masih hidup. Jalut yang memiliki tubuh seperti raksasa membuat beberapa prajuritnya takut untuk melawannya. Raja Thalut pun membuat sayembara untuk membuat prajuritnya berani mengalahkan Jalut dan berkata,“Barang siapa mampu menaklukkan Jalut akan aku nikahkan dengan putriku!”
Seorang remaja pun maju menerima tawaran dari rajanya, remaja tersebut adalah Nabi Daud. Sebenarnya, pada saat itu Nabi Daud hanya diperintahkan oleh ayahnya untuk menyediakan kebutuhan untuk kedua saudaranya yang ikut dalam peperangan, seperti memberi makan dan minum ketika kedua saudaranya merasa haus dan lapar.
Raja Thalut meragukan kemampuan Nabi Daud dalam berperang karena tubuhnya yang kecil. Sementara, Jalut memiliki tubuh yang sangat besar seperti raksasa. Namun, Nabi Daud tidak gentar dan meyakinkan sang raja akan mengalahkan Jalut. Akhirnya, raja memperbolehkan Nabi Daud untuk bertempur di medan perang melawan Jalut.
Sang raksasa yang melihat lawannya begitu kecil pun mulai meremehkannya. Dia berpikir seorang yang bertubuh kecil dan hanya bersenjata ketapel tidak dapat mengalahkannya, Jalut pun mulai menyerang Nabi Daud tanpa ragu. Dengan gesit, Nabi Daud dapat menghindari serangannya.
Nabi Daud memanfaatkan berbagai peluang untuk menyerang Jalut dengan ketapel yang berisi batu dan mengenai keningnya berkali-kali. Akhirnya, Jalut pun roboh dan kalah dalam melawan Nabi Daud. Hal itu terjadi karena keimanan Nabi Daud kepada Allah, Sang Pencipta yang selalu menolong hamba-hamba yang beriman kepada-Nya.
Dengan kemenangan yang didapatkan oleh Nabi Daud, Raja Thalut menikahkan putrinya dengan Nabi Daud, beliau pun begitu populer di kalangan kaum Bani Israil. Namun, dirinya tidak terlena dengan segala kepopulerannya tersebut, hal itu justru membuat Nabi Daud semakin dekat dan beriman kepada Allah Swt.
Nabi Daud Menjadi Raja
Saat menjadi menantu Raja Thalut, Nabi Daud diberi amanah sebagai penasihatnya dan semua rakyat menghormati dirinya karena kebijaksanaan beliau dalam menyelesaikan berbagai masalah yang datang pada kaum Bani Israil.
Hal tersebut ternyata membuat Raja Thalut iri kepada Nabi Daud, sang raja pun ingin menyingkirkan menantunya dengan cara mengirim Nabi Daud ke medan perang yang lebih berbahaya dengan jumlah musuh yang besar dan kuat. Namun, beliau mampu memenangkan setiap pertempuran dan kembali ke istana dengan selamat.
Dengan berbagai kemenangan yang didapatkan oleh Nabi Daud, seluruh rakyat semakin menyukainya dan berbahagia melihat dirinya datang dengan selamat. Raja Thalut pun semakin cemburu dan iri melihat menantunya lebih dicintai oleh rakyatnya. Dia terus-menerus mencoba untuk melenyapkan Nabi Daud tetapi selalu gagal menjalankan rencana tersebut. Atas izin Allah, Nabi Daud dapat terhindar dari niat jahat yang direncanakan oleh mertuanya tersebut.
Ketika perang terbuka terjadi, Raja Thalut dan putranya tewas dalam medan perang tersebut. Hal tersebut membuat Nabi Daud akhirnya terpilih menjadi raja untuk menggantikan Raja Thalut. Beliau diangkat menjadi raja saat berusia 30 tahun dan masa pemerintahannya berjalan selama 40 tahun.
Mukjizat Nabi Daud
Setiap nabi pasti memiliki kelebihan dan mukjizat yang diberikan oleh Allah. Mukjizat yang dimiliki setiap nabi pun berbeda-beda. Hal itu terjadi juga kepada Nabi Daud, Allah memberikan keajaiban yang luar biasa kepada beliau, mukjizatnya antara lain:
1. Melunakkan Besi
Allah memberikan keistimewaan Nabi Daud pada tangan beliau, kedua tangan tersebut mampu melunakkan besi dan menjadikannya baju perang. Dengan izin Allah, hal tersebut dilakukan hanya dengan tangan kosong tanpa menggunakan bantuan alat.
2. Suara Merdu
Nabi Daud memang terkenal dengan suara merdu yang dimilikinya, saat beliau sedang berzikir, gunung pun ikut bertunduk dalam ucapan tasbih. Begitu juga dengan burung-burung yang sedang melintas, mereka ikut serta melantunkan zikir kepada Allah Swt. Kejadian ini terdapat dalam ayat suci Al-Quran pada surat Shad: 17-19, yang bunyinya sebagai berikut:
“Bersabarlah atas apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami, Daud yang mempunyai kekuatan; sungguh dia sangat taat (kepada Allah). Sungguh, Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) pada waktu petang dan pagi. Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat taat (kepada Allah).”
3. Sifat Bijaksana
Selain menjadi raja, Nabi Daud juga merupakan seorang hakim bagi kaum Bani Israil. Beliau menyelesaikan berbagai perselisihan yang terjadi pada kaumnya dengan sangat bijaksana, bukti dari sifatnya tersebut terdapat pada sebuah hadis Rasulullah.
Dalam hadis tersebut, diceritakan bahwa pada saat itu ada gerombolan kambing yang masuk ke lahan pertanian yang akan panen. Karena terinjak oleh gerombolan kambing, tanaman yang akan dipanen tersebut pun rusak. Keesokan harinya, sang petani dan penggembala kambing datang menemui Nabi Daud untuk mengetahui solusi terbaik dari permasalahan mereka agar tidak merugikan salah satunya saja. Akhirnya, Nabi Daud memutuskan supaya sang penggembala mengganti kerugian petani dengan harga seluruh kambing yang menginjak lahan pertaniannya tersebut.
Hikmah dari Kisah Nabi Daud
Sudah tahu cerita Nabi Daud ketika menghadapi Jalut, kan? Jalut yang bertubuh besar seperti raksasa melawan Nabi Daud yang saat itu masih remaja dan bertubuh kecil. Sepertinya tidak mungkin untuk memenangkan pertarungan. Namun yang terjadi adalah hal sebaliknya, Nabi Daud yang memenangkannya, sungguh di luar dugaan, bukan?
Hal itu tentu saja tidak akan terjadi tanpa keyakinan beliau kepada Allah. Keyakinan yang dimilikinya membuat pertolongan Allah datang padanya, sehingga dirinya mampu menghindari berbagai serangan Jalut. Ditambah dengan keoptimisan, keberanian, dan kecerdikannya dalam pertarungan tersebut. Yuk, mulai menyerahkan semua keyakinan kita pada Allah dan tambahkan pikiran serta perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari! Dengan izin Allah, kita akan melewati kehidupan dengan berbagai kemudahan dan kebahagiaan.