Asal-Usul Suku Baduy yang Menjaga Kelestarian Alam
Tahukah Teman-Teman tentang Suku Baduy? Masyarakat suku ini dapat dikenali dengan mudah dari pakaian mereka seperti baju kain sederhana, tidak menggunakan alas kaki, dan ikat kepala yang sering mereka pakai.
Asal Usul Suku Baduy
Suku Baduy biasa menyebut diri mereka sebagai Urang Kanekes atau Orang Kanekes. Kata “Baduy” sendiri mengacu kepada kesamaan mereka dengan suku dari Arab, Badawi yang memiliki kegemaran berpindah-pindah tempat tinggal. Suku Baduy di Indonesia sendiri bermukim di kaki gunung Kendeng yang terletak di Desa Kanekes, Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Pemukiman ini terletak 40 KM dari pusat kota Lebak, Rangkasbitung.
Pembagian Suku Baduy
Suku Baduy terdiri dari tiga lapisan masyarakat, yaitu Suku Baduy Dalam, Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dangka. Suku Baduy Dalam merupakan suku yang bertempat tinggal di lokasi pelosok tanah adat Baduy. Pakaian Suku Baduy Dalam berwarna serba putih dan kental dengan kepercayaan Sunda Wiwitan. Mereka juga dikenal dengan nama Suku Baduy Jero. Warga Suku Baduy Dalam dianggap memiliki kedekatan dengan leluhur. Suku ini tidak bersekolah formal, mengenal teknologi, dan tidak beralas kaki. Hal ini dianggap sebagai cara mereka untuk tetap dekat dengan Tuhan Yang maha Esa.
Suku Baduy Luar merupakan suku yang masih tinggal di dalam tanah adat. Kelompok ini masih memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan. Meskipun sebagian besar aspek kehidupan mereka masih tradisional namun mereka sudah mulai melek dengan teknologi dan pendidikan. Pakaian yang mereka gunakan berwarna serba hitam dengan ikat kepala berwarna biru.
Suku Baduy Dangka merupakan suku Baduy yang sudah tinggal di luar tanah adat Baduy. Kelompok suku ini tidak lagi terikat dengan aturan ataupun kepercayaan animisme Sunda Wiwitan sebagaimana Suku Baduy Dalam. Kelompok ini juga mengenyam pendidikan formal dan melek teknologi.
Eksistensi dari Suku Baduy Dalam ini dilindungi oleh Suku Baduy Luar dan Dangka. Kedua lapisan luar ini bertindak sebagai filter informasi dari dunia luar. Dengan demikian adat istiadat Suku Baduy akan tetap terjaga kelestariannya.
Kehidupan Suku Baduy
Mata pencaharian utama masyarakat Suku Baduy Dalam dan Luar diperoleh dari beternak dan bertani. Sedangkan warga Suku Baduy Dangka banyak yang membuka jasa pemandu wisata, toko oleh-oleh, maupun warung makanan. Area sawah di tanah adat Baduy juga masih sangat terjaga kelestariannya.
Menurut kepercayaan dari Suku Baduy , Suku baduy berasal dari keturunan Batara Cikal, satu dari tujuh dewa yang diutus ke Bumi. Suku Baduy ini memiliki tugas bertapa untuk menjaga keselarasan dunia. Oleh sebab itu, Suku Baduy sangat menjaga kelestarian lingkungan agar menjaga alam semesta tetap seimbang. Cukup merupakan batasan yang harus dipatuhi. Tidak boleh ada ekspolitasi air maupun tanah yang berlebihan di tanah adat Suku Baduy.
Apakah Teman-Teman bisa mengunjungi desa Suku Baduy? Tentu saja! Teman-Teman bisa berwisata melintasi bukit dan hutan untuk masuk ke desa Baduy Luar dengan bantuan pemandu wisata. Warga Baduy sangat ramah dan pemandangan alam desa juga masih asri. Yang paling utama saat berkunjung ke desa Baduy adalah menjaga adat istiadat Suku Baduy.
Aturan saat berkunjung yang utama adalah tetap menjaga kelestarian alam berupa membuang sampah di tempatnya, menggunakan pasta gigi maupun sabun di sungai, dan barang sekali pakai. Apabila Teman-Teman datang ke desa Baduy, sebaiknya menggunakan baju berwarna gelap dan tertutup. Jangan pernah membawa kamera atau ponsel karena warga Suku Baduy Dalam tidak suka difoto.
Rumah Adat Suku Baduy
Saat berkunjung di desa Baduy, rumah adat Suku Baduy terbilang unik. Bahan dasar rumah adat ini adalah dari bahan kayu dan bambu bertujuan untuk melestarikan alam. Kontur tanah miring dan tidak digali merupakan sebuah penghormatan kepada alam yang sudah memberi kehidupan bagi Suku Baduy.
Batu kali digunakan sebagai dasar pondasi sehingga tiang penyangga rumah terlihat tidak sama tingginya dengan tiang lain. Rumah adat Suku Baduy terbagi dalam tiga ruangan. Bagian depan sebagai ruangan penerima tamu dan tempat untuk menenun. Bagian tengah untuk ruangan bagi keluarga dan tidur. Ruangan terakhir adalah tempat untuk memasak dan ruang penyimpanan hasil panen seperti palawija atau padi.
Semua ruangan memiliki lantai yang dilapisi dengan anyaman bambu. Atap rumah terbuat dari serat ijuk atau daun kelapa. Rumah yang dibangun oleh Suku Baduy saling berhadap-hadapan dan menghadap utara atau selatan. Hal ini agar sinar matahari bisa menyinari rumah dengan bagus.
Tradisi menenun di Suku Baduy hanya dilakukan oleh kaum perempuan. Mereka diajarkan menenun sejak dari usia dini. Kain hasil tenunan inilah yang menjadi pakaian adat Suku Baduy. Kain tenun ini ada yang bertekstur lembut dan ada yang kasar. Yang kasar digunakan sebagai penutup kepala. Saat berkunjung, turis bisa membeli kain hasil tenun Suku Baduy sebagai cindera mata.