Nabi Yahya, Nabi yang Selalu Taat dan Patuh Kepada Orang Tua
Nabi Yahya adalah salah satu utusan Allah yang memiliki banyak sifat terpuji, terlebih sikapnya dalam memuliakan orang tua. Apabila kalian sudah membaca kisah Nabi Zakaria, tentu kalian sudah mengetahui bahwa Nabi Yahya adalah anak dari Nabi Zakaria yang didapatkannya ketika ia berusia sangat tua. Oleh karena itu, Nabi Yahya sering sekali membantu kedua orang tuanya, ia begitu menyayangi dan mengasihi kedua orang tuanya. Selain itu, dalam kesehariannya, ia selalu mempelajari agama dan akhlak. Proses dalam mempelajarinya, tentu didapatkan dari sang ayah, Nabi Zakaria. Yuk, kita simak bersama kisahnya!
Kisah Kelahiran Nabi Yahya
Nabi Yahya merupakan putra dari Nabi Zakaria. Sebelum memilikinya, Nabi Zakaria sangat sering memanjatkan doa yang sama kepada Allah agar memiliki keturunan. Walaupun mengetahui bahwa istrinya tidak dapat memberinya keturunan, ia tidak berputus asa. Nabi Zakaria terus-menerus berdoa dengan khusyuk dan istikamah terhadap segala perintah Allah Swt.
Hal itu dilakukannya agar merasa tenang apabila sewaktu-waktu dipanggil oleh Allah. Ia ingin anaknya nanti dapat menjadi penerus dakwahnya. Ia tidak ingin ketika dipanggil oleh Allah, umatnya akan kembali ke jalan yang yang tidak diridai oleh Allah. Permintaan Nabi Zakaria terdapat pada Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 38 yang berbunyi sebagai berikut:
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.'” (QS. Ali Imran:38)
Dengan izin Allah, setelah berpuluh-puluh tahun lamanya menunggu, datanglah sebuah mukjizat dari Allah. Saat itu, ia sedang salat malam, lalu datanglah Malaikat Jibril, dia diutus oleh Allah untuk menyampaikan berita gembira kepada Nabi Zakaria dan istrinya. Ia dan sang istri akhirnya mendapatkan seorang anak meskipun sudah lanjut usia. Sungguh suatu hal yang mustahil terjadi kecuali atas izin-Nya. Ia dan istrinya amat sangat menjaga kandungan hingga datang saat istri Nabi Zakaria melahirkan Yahya. Semua kejadian tersebut tertuang dalam Al-Qur’an pada surat Maryam ayat 7 yang berbunyi sebagai berikut:
“Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.” (QS. Maryam:7)
Sungguh Allah Maha Pemberi dan Penyayang terhadap umat-Nya, dengan kuasa-Nya, Dia mampu mengabulkan keinginan Nabi Zakaria dan istrinya memperoleh keturunan pada usia senja. Begitulah jika Allah sudah berkehendak, segala hal yang tidak mungkin dapat terjadi dalam sekejap saja. Terlebih jika memanjatkan doa tersebut dengan bersungguh-sungguh dan tak kenal lelah seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakaria seumur hidupnya.
Masa Kecil Nabi Yahya
Nabi Zakaria dan istrinya membesarkan Yahya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Yahya diajarkan agar menjadi penyayang kepada sesama makhluk hidup. Oleh karena itu, dia pun sangat mencintai binatang. Apabila dia bertemu binatang dalam perjalanan, binatang tersebut akan diberi makanan olehnya. Yahya sangat berbeda dengan anak-anak lain pada zamannya, saat anak-anak sebayanya lebih suka bermain, dia lebih menyukai mencari sumber pengetahuan yang dapat menambah wawasan untuknya.
Pada usianya yang masih muda, Yahya menjadi salah satu utusan Allah. Dia rajin mempelajari berbagai hal yang diperintahkan oleh Allah melalui ayahnya. Selain itu, ia pun menemani ayahnya ke berbagai dakwah sambil mempelajari isi dakwahnya dengan baik. Allah pun memberikannya mukjizat berupa kecerdasan, terlepas dari segala dosa, dan terhindar dari berbagai godaan setan.
Kepribadian Nabi Yahya
Nabi Yahya telah dibesarkan dengan baik oleh kedua orang tuanya, kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tuanya begitu melimpah. Meskipun begitu, Nabi Yahya tidak menjadi seorang yang manja. Hal itu justru membentuk Nabi Yahya memiliki akhlak yang mulia. Di bawah ini terdapat beberapa karakter Nabi Yahya yang patut kita teladani dalam menjalani kehidupan ini:
1. Taat kepada Allah
Nabi Yahya merupakan seseorang yang sangat bertakwa kepada Allah. Ia selalu menjalanka perintah dari Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Pada suatu saat, ia mulai bekelana selama berbulan-bulan untuk menyepi ke gua, gurun, dan hutan, hal itu dilakukannya agar dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ketika sedang menyepi, ia sangat khusyuk menyembah kepada Allah, ia menangis memohon ampunan di hadapan-Nya. Begitu besar cintanya kepada Allah sehingga ia tidak sempat memikirkan kondisi dirinya sendiri. Ia hanya memakan makanan yang ada di hadapannya dan tidak pernah meninggalkan tempatnya ketika berdoa kepada Allah Swt.
Ketika sedang berdzikir di dalam sebuah gua, tiba-tiba saja ada dua binatang buas mendekatinya yang sedang fokus berdoa dan memohon ampun pada Allah Swt. Namun, Nabi Yahya tidak bergerak sedikit pun, ia tetap khusyuk dan tidak terganggu dengan kedatangan kedua binatang tersebut.
Dengan izin Allah, kedua binatang buas tersebut mengetahui bahwa Nabi Yahya merupakan penyayang binatang. Akhirnya, mereka pun pergi meninggalkannya tanpa mengeluarkan suara. Mereka sangat menghargai Nabi Yahya yang sedang beribadah sungguh-sungguh kepada Allah Swt.
2. Patuh kepada Orang Tua
Nabi Yahya memperlakukan orang tuanya dengan sangat istimewa. Ia begitu menyayangi mereka dengan sepenuh hati. Ia pun sangat suka membantu pekerjaan orang tuanya, tutur katanya begitu lembut, dan sangat sopan.
3. Rajin Belajar
Sejak kecil, Nabi Yahya sangat suka membaca buku untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Ia sangat menyukai mempelajari hal baru dalam hidupnya, bahkan ia dapat menghafal dan memahami kitab Allah dengan cepat. Setelah dapat memahaminya dengan baik, perintah-perintah Allah tersebut diterapkan dengan baik dalam kehidupan dan menyebarkannya.
Dengan menggunakan ilmu yang diketahui Nabi Yahya, ia mampu menjelaskan dengan detail segala perintah Allah sehingga para umatnya dapat memahami ajaran Allah dengan baik. Berbagai permasalahan yang dialami oleh para umatnya pun dapat teratasi dengan baik menggunakan pedoman dari kitab Allah yang dipelajari olehnya.
Semakin Nabi Yahya beranjak dewasa, ilmu yang dikuasainya pun semakin bertambah. Ia pun mulai menyebarkan ilmu yang dipelajarinya kepada para umatnya secara luas. Hal itu dilakukannya dengan cara memperkenalkan Allah, memberi tahu kepada seluruh umatnya dalam membedakan perbuatan yang disukai dan tidak disukai oleh Allah, serta mengajak mereka bertobat dengan cara mandi di Sungai Yordan sesuai perintah Allah pada saat itu.
4. Zuhud
Zuhud adalah perbuatan meninggalkan sifat-sifat duniawi. Nabi Yahya sangat dikenal karena kezuhudannya. Kezuhudannya seperti menggunakan pakaian biasa dalam pertemuan-pertemuan penting, dapat dengan mudah meneteskan air mata ketika mendengar cerita surga dan neraka, serta berbagai perilakunya yang sederhana.
5. Rendah Hati
Sifat dan perilaku yang ada pada Nabi Yahya bagai tanaman padi, semakin berisi semakin merunduk. Dengan memiliki ilmu yang tinggi tidak menjadikannya seorang yang sombong terhadap sesama. Sebaliknya, ia menggunakan berbagai pengetahuannya untuk memberi solusi yang tepat kepada para umatnya dalam menyelesaikan segala masalahnya.
Lima Ajaran Nabi Yahya
Nabi Yahya sebagai penerus dakwah terhadap kaum Bani Israil, mulai menyerukan agama Allah terhadap mereka. Ia menasihati umatnya di Baitul Maqdis dengan harapan dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Materi yang disampaikan oleh Nabi Yahya adalah sebagai berikut:
1. Akidah
Hal pertama yang disampaikan oleh Nabi Yahya adalah tentang akidah. Akidah berarti iman yang dilandaskan dengan kepercayaan dan keyakinan yang kuat. Dalam arti memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah yang Sang Pemilik Semesta dan tiada Tuhan selain Allah. Oleh karena itu, hal ini menjadi yang pertama diucapkan olehnya. Akidah tentu harus ditanamkan dalam hati setiap manusia di bumi ini.
Apabila akidah kita telah kuat, kita dapat mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, kita juga mengetahui hanya Allah yang dapat mengabulkan segala keinginan terutama dalam mendapatkan hal terbaik dan menjauhkan dari segala hal buruk dalam kehidupan di dunia ini.
2. Salat
Setelah akidah, hal yang disampaikan oleh Nabi Yahya adalah tentang salat. Dengan melaksanakan salat, hati kita akan menjadi tenang dan tenteram. Selain itu, salat dapat menjadi tempat memohon ampunan dan memanjatkan segala doa yang menjadi keinginan kita.
3. Puasa
Hal ketiga yang disampaikan oleh Nabi Yahya adalah mengenai puasa. Ia menjelaskan hal tersebut dengan sebuah perumpamaan yaitu wangi mulut orang berpuasa bagaikan minyak kasturi, bahkan lebih harum lagi di hadapan Allah. Selain itu, dengan berpuasa kita dapat dijauhkan dari melakukan hal yang tidak disukai oleh Allah dan mendapatkan banyak pahala serta kesehatan tubuh.
4. Sedekah
Selanjutnya Nabi Yahya mengajak kaum tersebut untuk bersedekah. Bersedekah diumpamakan seperti orang yang sedang ditawan dengan tangan yang ditali di belakang kepala dan orang itu ingin menebusnya agar terbebas dari jeratan tali tersebut.
Maksud dari perumpamaan itu adalah agar setiap manusia terbebas dari rasa ingin memiliki dunia dengan serakah. Selain itu, dengan bersedekah kita akan mendapatkan hati yang tenang dan tenteram karena telah membantu sesama memperoleh rezeki.
5. Zikir
Hal terakhir yang disampaikan oleh Nabi Yahya adalah tentang berzikir kepada Allah. Dengan berzikir, kita akan selalu mengingat Allah dan dapat menjaga diri dari perbuatan yang tidak disenangi oleh-Nya. Ia mengibaratkan berzikir seperti diburu oleh musuh dan dengan melakukannya kita memperoleh tempat berlindung. Maksudnya kita dapat terhindar dari godaan setan dengan meminta perlindungan dari Allah Swt.
Perbincangan Nabi Yahya dengan Setan
Saat kecil, Nabi Yahya pernah bertemu dengan setan, karena masih kecil ia melihat sosok seram dan bertanya, “Kenapa wajahmu seperti itu?” lalu setan menjawab, “Ini trik untuk menyesatkan banyak manusia ke neraka.”
Ia pun penasaran dan bertanya kembali, “Bagaimana caramu untuk dapat menggodaku melakukan hal yang buruk?” setan pun menjawab kembali, “Dengan gaya hidupnya, apabila makan dengan keadaan sangat kenyang, kalian akan dengan mudah terganggu saat salat dan bahkan menunda salat.”
Baca: lagu nama nama nabi
Nabi Yahya ketika kecil sering makan sampai kekenyangan, dia pun menyadari kekeliruannya tersebut. Dia pun berjanji akan makan secukupnya saja setelah mendengar hal itu, setan yang masih ada di tempat bersama Nabi Yunus kecil menyesali perkataan yang membuat dirinya kehilangan sasaran untuk dirayu melakukan dosa.
Hikmah dari Kisah Nabi Yahya
Banyak yang dapat kita pelajari dari kisah Nabi Yahya di antaranya adalah dengan menaati segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, menghormati dan menyayangi orang tua kita dengan sepenuh hati, mempelajari berbagai ilmu agar mendapatkan bekal yang dapat disebarkan kepada orang lain yang membutuhkan, dan tetap rendah hati meskipun memiliki kepintaran yang luar biasa.
Ingatlah, Teman-Teman! Apabila kita menghormati dan menyayangi orang tua, dunia akan terasa seperti berada di genggaman kalian, tentu hal tersebut harus dibekali dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam pedoman-Nya, Al-Qur’an. Dengan izin-Nya, segala urusan-urusan yang baik di dunia akan dikabulkan dengan mudah. Jadi, jangan lupa untuk terus-menerus mengingat Allah, menuruti kata orang tua kita, dan mintalah doa restu kepada orang tua jika ingin melakukan sesuatu agar diberi kemudahan dalam setiap usaha kita, ya Teman-Teman!