Dongeng Sebelum Tidur 2: Asal Mula Burung Cendrawasih

Asal Mula Burung Cendrawasih

Di suatu tempat, terdapat sebuah desa yang tenang dan damai yang terletak di tepi hutan tropis yang rimbun. Desa ini, yang dikenal sebagai Desa Lestari, dikelilingi oleh kehijauan dan alunan suara burung-burung yang beraneka ragam. Orang-orang desa hidup rukun dengan alam, memanfaatkan apa yang diberikan oleh hutan tetapi selalu menjaganya dengan penuh kasih sayang.

Meski demikian, ada satu hal yang selalu menjadi misteri bagi warga Desa Lestari. Mereka sering terpesona dengan keindahan burung-burung di hutan, namun ada satu jenis burung yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, yaitu Burung Cendrawasih. Burung ini, menurut cerita, memiliki bulu yang begitu indah dan cerah, dan gerakannya yang anggun bagai tarian surga.

Seiring berjalannya waktu, legenda tentang burung ajaib ini mulai beredar. Dikatakan bahwa Burung Cendrawasih bukanlah burung biasa, melainkan burung yang datang dari surga, dan hanya orang-orang dengan hati yang tulus dan bersih saja yang dapat melihatnya. Legenda ini, meskipun belum pernah terbukti, selalu menjadi kisah yang diceritakan dari generasi ke generasi di Desa Lestari.

Karakter Utama:

  • Sari: Seorang anak perempuan berusia 12 tahun dengan rambut panjang berwarna hitam legam yang selalu diikat menjadi dua. Memiliki mata yang cerah dan penuh keingintahuan. Sari dikenal sebagai anak yang penasaran dan pemberani di desa. Dia sering mendengar kisah-kisah dari para orang tua di desa, namun kisah tentang Burung Cendrawasih adalah yang paling ia sukai. Selain penasaran, Sari juga dikenal memiliki hati yang tulus dan selalu ingin membantu orang lain.
  • Eko: Sahabat setia Sari. Seorang anak laki-laki yang berusia 13 tahun dengan kulit yang karamel dan mata yang tajam. Berbeda dengan Sari, Eko lebih hati-hati dan skeptis tentang berbagai cerita dan legenda yang beredar di desa, termasuk tentang Cendrawasih. Namun, di balik sifat skeptisnya, Eko selalu ada untuk mendukung dan melindungi Sari. Kedua anak ini sering terlihat bermain bersama dan menjelajahi hutan di sekitar desa, mencari petualangan dan misteri untuk dipecahkan.

Dimulainya Petualangan:

Hari itu, matahari bersinar cerah di atas Desa Lestari. Seperti biasa, Sari dan Eko sedang bermain di pinggiran hutan. Namun, suasana hari itu terasa berbeda. Saat sedang beristirahat di bawah pohon besar, Sari menceritakan kembali kisah yang baru saja ia dengar dari neneknya. Kisah tentang Burung Cendrawasih, burung ajaib yang konon berasal dari surga dengan bulu yang begitu indah dan gerakan yang mirip dengan tarian.

Dengan mata yang berbinar-binar, Sari mengungkapkan keinginannya untuk mencari dan membuktikan keberadaan Burung Cendrawasih. “Bayangkan, Eko,” katanya dengan penuh semangat, “bagaimana jika kita adalah orang pertama yang benar-benar melihat burung ajaib itu dan membuktikan keberadaannya kepada semua orang di desa!”

Eko, dengan ekspresi skeptis seperti biasa, mengangkat alisnya dan menjawab, “Kau yakin ini ide yang bagus? Itu hanya legenda, Sari. Dan kita tahu hutan ini luas dan penuh dengan misteri.” Namun, melihat antusiasme dan tekad di mata Sari, Eko akhirnya menghela napas dan berkata, “Baiklah, jika ini petualangan yang kau inginkan, aku akan mendampingimu. Tapi kita harus berhati-hati.

Dengan janji untuk selalu menjaga satu sama lain, keduanya memulai petualangan mereka ke dalam hutan, membawa bekal dan semangat yang tak terkalahkan. Di balik semak-semak, rintangan, dan misteri yang menunggu, keduanya berharap untuk menemukan keberadaan burung legendaris tersebut dan memecahkan salah satu misteri terbesar Desa Lestari.

Rintangan dan Tantangan:

Sejauh mata memandang, hutan di sekitar Desa Lestari tampak tenang. Namun, bagi mereka yang berani menjelajahinya, hutan itu menyimpan banyak rahasia dan tantangan.

  • Medan Hutan yang Licin dan Berliku: Hutan tropis selalu dipenuhi dengan tanaman merambat dan batang pohon yang basah. Sari dan Eko sering kali harus berjalan dengan hati-hati, berpegangan pada akar pohon atau batang-batang yang menonjol agar tidak terpeleset. Dalam beberapa kesempatan, mereka harus memanjat tebing atau menyeberangi sungai dengan arus yang cukup deras.
  • Pertemuan dengan Hewan-Hewan Liar: Mereka berjumpa dengan berbagai hewan, dari yang jinak hingga yang liar. Ada saat ketika Sari hampir tergigit oleh ular, tetapi berkat refleks Eko yang cepat, mereka selamat. Dalam perjalanan lain, mereka bertemu dengan kawanan monyet yang iseng mencuri bekal makanan mereka, memaksa mereka untuk mencari makanan pengganti di tengah hutan.
  • Eko yang Mulai Ragu: Selama perjalanan, keraguan Eko semakin menjadi-jadi. “Mungkin burung itu memang hanya legenda, Sari. Kita sudah menjelajah sejauh ini dan belum menemukannya.” Tetapi setiap kali keraguan itu muncul, tekad Sari yang kuat selalu menginspirasi Eko untuk terus melangkah. “Kita harus percaya,” kata Sari dengan mata yang berbinar.
  • Misteri Suara Misterius: Di tengah hutan, keduanya sering mendengar suara yang menggema dan merdu, suara yang mereka belum pernah dengar sebelumnya. Setiap kali mencoba mendekat, suara itu menghilang. Suara tersebut seolah-olah memanggil mereka, memandu mereka ke suatu tempat yang tak diketahui.

Meskipun berbagai rintangan dan tantangan terus menghadang, semangat petualangan dan rasa ingin tahu Sari, bersama dengan komitmen Eko untuk selalu melindungi sahabatnya, memastikan bahwa mereka tetap bersemangat dan bergerak maju, dengan harapan untuk akhirnya menemukan Burung Cendrawasih yang legendaris.

Pertemuan dengan Sang Penguasa Hutan:

Setelah berhari-hari menjelajahi hutan, Sari dan Eko tiba di sebuah kawasan yang terasa berbeda. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin dan terdapat semacam aura mistis yang menyelimuti. Hutan disekitar menjadi lebih rapat, dan di tengah-tengah keheningan, mereka mendengar suara langkah yang berat dan mendekat.

Tiba-tiba, dari balik semak-semak muncul seekor harimau dengan bulu yang berkilauan dan mata yang memancarkan otoritas dan kebijaksanaan. Meskipun penampilannya menakutkan, ada sesuatu tentang harimau ini yang membuat keduanya merasa kagum daripada takut.

Harimau itu berbicara, “Aku adalah Raja Hutan, penguasa dari semua makhluk di sini. Mengapa kalian, anak-anak manusia, berani memasuki wilayahku?”

Sari, dengan keberaniannya, menjawab, “Kami mencari Burung Cendrawasih, Tuan. Kami ingin membuktikan bahwa legenda desa kami benar adanya.”

Raja Hutan menatap keduanya lama, seolah-olah menilai kejujuran di hati mereka. Setelah apa yang terasa seperti keabadian, dia berkata, “Untuk melihat Cendrawasih, kalian harus memiliki niat yang tulus dan hati yang bersih. Bukan semua yang mencari bisa menemukannya.”

Eko, yang skeptis tetapi ingin melindungi Sari, bertanya, “Bisakah Anda memberi tahu kami di mana kami bisa menemukan burung tersebut?”

Raja Hutan, dengan suara yang dalam, memberikan petunjuk, “Ikuti Sungai Perak sampai kalian menemukan Air Terjun Pelangi. Di sana, jika hati kalian benar-benar tulus, kalian mungkin akan melihat apa yang kalian cari.”

Dengan rasa syukur dan harapan baru, Sari dan Eko mengucapkan terima kasih dan melanjutkan perjalanan mereka, mengikuti petunjuk Raja Hutan dengan harapan menemukan Burung Cendrawasih yang lama dicari-cari.

Pertemuan Pertama dengan Cendrawasih:

Dengan semangat yang membara, Sari dan Eko mengikuti aliran Sungai Perak yang membelah hutan dengan airnya yang jernih. Setelah beberapa jam berjalan, suara gemericik air terjun mulai terdengar. Dan akhirnya, mereka tiba di Air Terjun Pelangi, sebuah air terjun megah dengan semburan air yang menciptakan pelangi saat disinari matahari.

Saat mereka memandang keindahan alam di sekitar, tiba-tiba terdengar suara yang merdu dan memikat dari atas pohon. Mata mereka tertuju pada seekor burung dengan bulu yang berkilauan dengan berbagai warna, dari merah yang mendalam hingga kuning emas, dan ekornya yang panjang menari-nari di udara, menciptakan pemandangan yang sungguh mempesona.

Itu adalah Burung Cendrawasih, burung legendaris yang telah lama dicari.

Sari, dengan mata berkaca-kaca, berbisik, “Ini dia, Eko. Kita berhasil menemukannya!”

Eko, yang sebelumnya skeptis, sekarang terpesona. “Aku tak pernah membayangkan sesuatu yang begitu indah bisa benar-benar ada,” gumamnya.

Burung Cendrawasih, seolah merasakan kehadiran mereka, mendarat dengan lembut di bebatuan di dekat air terjun. Dengan mata yang menatap lembut, burung itu mendekati Sari dan Eko. Keduanya merasa sebuah koneksi emosional yang mendalam dengan burung tersebut, sebuah perasaan kedamaian dan kebahagiaan yang tak terhingga.

Dalam keheningan, mereka menyadari bahwa petualangan ini bukan hanya tentang menemukan burung, tapi juga tentang perjalanan hati, persahabatan, dan kepercayaan. Mereka memahami bahwa keindahan sejati datang dari pengalaman, bukan hanya tujuan akhir.

Dengan rasa syukur dan kekaguman, mereka berjanji akan menjaga rahasia keberadaan Burung Cendrawasih dan melestarikan keindahan hutan. Sebagai tanda terima kasih, Cendrawasih meninggalkan beberapa bulunya yang indah sebagai kenang-kenangan sebelum terbang kembali ke langit, meninggalkan Sari dan Eko dengan kenangan yang akan mereka ingat seumur hidup.

Rahasia Cendrawasih:

Setelah pertemuan ajaib dengan Burung Cendrawasih, Sari dan Eko memutuskan untuk beristirahat sejenak di pinggir Air Terjun Pelangi. Saat matahari mulai terbenam, langit berubah menjadi palet warna oranye dan ungu, menciptakan suasana yang begitu damai dan magis.

Saat sedang tenggelam dalam kekaguman, sebuah sosok tua muncul dari balik semak-semak. Dialah Nenek Hutan, seorang penduduk asli hutan yang telah hidup selama berabad-abad dan dikenal sebagai penjaga rahasia hutan.

Dengan senyum yang ramah, dia berkata, “Kalian berdua telah bertemu dengan burung ajaib kita. Tapi, apakah kalian tahu rahasia di balik keindahan Cendrawasih?”

Keduanya menatap Nenek Hutan dengan rasa penasaran. Sari, selalu berani bertanya, memulai percakapan, “Apa rahasianya, Nenek?”

Nenek Hutan duduk di batu besar dan bercerita, “Cendrawasih bukan hanya burung biasa. Ia adalah manifestasi dari semangat hutan ini. Setiap bulunya merepresentasikan kisah, harapan, dan mimpi dari setiap makhluk yang hidup di sini. Ketika kalian melihat bulunya menari, itu adalah cara alam berkomunikasi, mengungkapkan rasa syukurnya dan meminta kita semua untuk menjaga keseimbangan alam.”

Eko, yang biasanya skeptis, berkata dengan penuh rasa hormat, “Jadi, burung itu bukan hanya legenda. Ia adalah simbol dari hutan ini.”

Nenek Hutan mengangguk, “Benar. Dan oleh karena itu, kita harus menjaga rahasia ini. Dunia luar mungkin tidak mengerti dan bisa mengancam keberadaannya. Burung Cendrawasih mengajarkan kita untuk menghargai keindahan alam dan menjaganya dengan sepenuh hati.”

Sari, dengan mata berbinar, berkata, “Kami berjanji, Nenek. Rahasia ini aman bersama kami.”

Dengan senyum puas, Nenek Hutan memberikan berkatnya kepada kedua anak muda tersebut dan menghilang ke dalam kegelapan hutan, meninggalkan Sari dan Eko dengan rasa kagum dan pemahaman mendalam tentang rahasia Burung Cendrawasih yang legendaris.

Kembali ke Desa:

Setelah pertemuan mendalam dengan Nenek Hutan, Sari dan Eko merasa perjalanan mereka telah mencapai puncaknya. Dengan rasa syukur di hati dan pemahaman yang mendalam tentang rahasia hutan, keduanya memutuskan saatnya untuk kembali ke Desa Lestari.

  • Perjalanan Pulang yang Penuh Refleksi: Sepanjang perjalanan pulang, keduanya sering tenggelam dalam diskusi mendalam. Mereka berbicara tentang arti dari petualangan mereka, makna sebenarnya dari kehidupan, dan pentingnya menjaga alam. Setiap langkah mereka dihiasi dengan kenangan dan pelajaran yang telah mereka pelajari.
  • Penerimaan Warga Desa: Saat kembali ke desa, warga menanti dengan rasa penasaran. Mereka duduk mengelilingi Sari dan Eko, menunggu cerita tentang petualangan mereka. Meskipun keduanya memilih untuk tidak mengungkapkan rahasia sebenarnya tentang Cendrawasih, mereka berbagi kisah-kisah tentang keajaiban hutan, pentingnya persahabatan, dan makna dari petualangan sejati.
  • Perubahan di Diri Eko: Sebelum petualangan ini, Eko adalah seorang pemuda yang skeptis dan kurang yakin. Namun, perjalanan ini telah mengubahnya. Dia menjadi lebih bijaksana, penuh pengertian, dan memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap alam. “Aku telah belajar,” katanya dengan mata berbinar, “bahwa ada lebih banyak misteri di dunia ini daripada yang bisa kita pahami. Dan kadang-kadang, kepercayaan adalah kunci untuk melihat keajaiban.”
  • Janji Sari: Dengan semangat yang tak pernah padam, Sari berdiri di tengah-tengah desa dan berbicara dengan penuh semangat. “Kita semua harus menjaga hutan kita. Ini bukan hanya tempat tinggal bagi Cendrawasih, tetapi juga bagi kita. Mari kita pastikan bahwa generasi mendatang juga dapat menikmati keindahan dan keajaiban yang telah kita lihat.” Warga desa bersorak setuju, merasa terinspirasi oleh kata-kata Sari.

Petualangan telah berakhir, tetapi ceritanya akan tetap hidup. Sari dan Eko, dengan rahasia hutan yang mereka simpan dalam hati, menjadi simbol harapan dan inspirasi bagi seluruh warga Desa Lestari.

Kesimpulan:

Dalam keheningan malam di Desa Lestari, bintang-bintang berkelipan di langit, menyinari bumi dengan cahayanya yang lembut. Semua penduduk desa, termasuk Sari dan Eko, berkumpul di lapangan desa, menikmati kebersamaan setelah petualangan yang panjang dan mendalam.

  • Refleksi tentang Petualangan: Saat api unggun menyala, Sari berbicara tentang pentingnya menghargai dan melindungi alam. “Kita diberi kesempatan untuk melihat keajaiban yang banyak orang tidak tahu. Kita harus memastikan bahwa keajaiban ini tetap aman dan terjaga untuk generasi mendatang,” katanya dengan penuh semangat.
  • Hikmah dari Cerita: Eko, dengan kedalaman yang baru dalam dirinya, menambahkan, “Kadang-kadang, tujuan dari sebuah perjalanan bukanlah destinasi akhir, melainkan pelajaran dan kenangan yang kita bawa pulang. Kita harus selalu mengingat ini dan memastikan bahwa kita menjalani hidup dengan penuh makna.”
  • Masa Depan Desa Lestari: Sebagai hasil dari petualangan mereka, desa memutuskan untuk memulai berbagai inisiatif pelestarian alam. Mereka membangun taman, menanam pohon, dan mengadakan kelas pendidikan alam untuk generasi muda. Desa Lestari benar-benar hidup sesuai dengan namanya, menjadi contoh bagi desa-desa lain tentang bagaimana hidup berdampingan dengan alam dengan cara yang harmonis dan berkelanjutan.
  • Penutup: Seiring waktu, cerita tentang petualangan Sari dan Eko menjadi legenda desa. Meskipun rahasia Cendrawasih tetap terjaga, esensi cerita tersebut – tentang persahabatan, keajaiban alam, dan pentingnya menjaga alam – akan tetap diceritakan dari generasi ke generasi, menginspirasi banyak jiwa untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan keajaiban.

Pesan Moral:

Dalam setiap cerita, terutama yang penuh dengan petualangan dan keajaiban, ada pesan mendalam yang dapat diambil untuk dijadikan pedoman hidup. Cerita Sari dan Eko tentang pencarian Burung Cendrawasih yang legendaris bukan hanya tentang petualangan fisik, tetapi juga tentang perjalanan spiritual dan pemahaman mendalam tentang kehidupan.

  • Menghargai Keajaiban Alam: Dunia di sekitar kita penuh dengan keajaiban yang seringkali kita abaikan. Seperti keindahan Burung Cendrawasih, banyak hal indah di alam yang perlu kita hargai dan perlindungi. Keberadaan alam adalah hadiah yang tak ternilai harganya dan merupakan tanggung jawab kita untuk menjaganya.
  • Kekuatan Persahabatan: Selama petualangan mereka, persahabatan antara Sari dan Eko menjadi batu penopang. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam situasi sulit, dukungan dan kepercayaan dari teman-teman kita adalah kekuatan terbesar yang kita miliki.
  • Pentingnya Kepercayaan: Meskipun dihadapkan dengan keraguan dan ketidakpercayaan, Sari dan Eko terus menerus mengejar mimpi mereka. Ini adalah pengingat bagi kita semua untuk percaya pada diri sendiri, pada orang lain, dan pada keajaiban dunia.
  • Membawa Perubahan Positif: Setelah mengalami petualangan yang mendalam, Sari dan Eko memutuskan untuk membawa perubahan positif ke desa mereka. Ini menunjukkan bahwa setiap dari kita memiliki kekuatan untuk membawa perubahan, tidak peduli seberapa kecil. Setiap tindakan positif memiliki dampak yang besar.

Cerita Sebelunya:

Dongeng Sebelum Tidur 1: Cinderella: Kisah Menari, Sepatu Kaca, dan Ibu Peri yang Ajaib ✨

Cerita Selanjutnya:

Dongeng Sebelum Tidur 1: Cinderella: Kisah Menari, Sepatu Kaca, dan Ibu Peri yang Ajaib ✨

Kisah Cinderella

Ada seorang gadis cantik bernama Cinderella. Dia tinggal bersama ibu tiri yang jahat dan dua saudara tiri yang tidak baik padanya. Cinderella harus bekerja keras setiap hari di rumah yang besar, sementara saudara tirinya bermain-main. Ayahnya sering pergi, jadi dia sendirian. Tapi ada seorang ibu peri yang ajaib dan baik hati. Dia akan membantu Cinderella nanti. Mereka tinggal di sebuah kerajaan yang jauh, dan ada pesta yang akan datang. Cinderella ingin pergi, tapi apakah dia bisa? Mari kita lihat!

Cinderella sebagai Pelayan:

Setiap hari, Cinderella bangun lebih awal dari ayam jago (ayam jago itu mungkin terlalu malas!). Dia harus menyapu, mencuci piring, dan membersihkan rumah dari atas ke bawah. Saudara tirinya tidak membantu sama sekali; mereka lebih suka bermain dan bermalas-malasan. Cinderella selalu bersih, rapi, dan sopan, meski ia bekerja dari matahari terbit sampai terbenam. Kalau ada medali untuk penyapu terbaik, dia pasti memenangkannya! Tapi meskipun dia bekerja keras, dia selalu punya waktu untuk bercanda dengan tikus-tikus kecil yang menjadi teman-temannya. Mereka adalah tim pembersih terbaik di kerajaan! Cinderella selalu bermimpi tentang hari-hari yang lebih baik, dan dia tahu bahwa sesuatu yang ajaib akan terjadi suatu hari nanti. Mungkin ibu peri akan membantunya?

Ibu Peri Muncul:

Cinderella sedang menangis di taman. Dia sangat ingin pergi ke pesta, tapi dia tidak punya baju atau kereta. Tiba-tiba, ada cahaya berkilau, dan siapa yang muncul? Ibu peri yang ajaib! Dia mengenakan topi yang lucu dan membawa tongkat sihir yang berkilau-kilau. “Jangan khawatir, Cinderella!” katanya dengan senyum lebar. “Kita akan mengubah labu ini menjadi kereta, tikus-tikus menjadi kuda, dan pakaianmu menjadi gaun yang cantik! Tapi jangan lupa, kamu harus pulang sebelum jam 12 malam, atau semuanya akan kembali seperti semula!” Cinderella takjub dan tertawa, “Jam 12 malam? Itu lewat jauh dari waktu tidurku!” Ibu peri tertawa dan berkata, “Itulah sebabnya kita punya jam – jadi kita tahu kapan harus pulang!” Mereka tertawa bersama, dan dengan sentuhan sihir, Cinderella siap untuk pergi ke pesta.

Pesta Dansa:

Cinderella tiba di pesta dalam kereta labu yang telah diubah oleh ibu peri. Dia turun dari kereta, dan semua orang menatapnya; bahkan jendela istana terbuka lebar karena kagum! Gaunnya berkilau seperti bintang, dan sepatunya bening seperti kaca tapi jauh lebih nyaman daripada tampaknya! Pangeran melihatnya dan tersenyum lebar. Dia mengajak Cinderella menari, dan mereka menari seperti dua burung yang bahagia. Orang lain di pesta mulai bertanya, “Siapa gadis cantik itu?” Dan seseorang menjawab, “Entahlah, tapi dia pasti tahu cara menari!” Mereka menari dan menari, dan Cinderella begitu bahagia sehingga dia lupa waktu. Pangeran bertanya, “Apakah kamu selalu menari seperti ini?” Cinderella tertawa dan berkata, “Hanya ketika saya mengenakan sepatu ini!” Tapi tiba-tiba, jam menunjukkan hampir tengah malam, dan Cinderella harus pergi. Dia berlari begitu cepat sampai meninggalkan satu sepatu kaca di balik! Pangeran memungutnya dan berkata, “Ini pasti ukuran yang langka!”

Pencarian Cinderella:

Pesta sudah berakhir, dan Pangeran memiliki satu sepatu kaca yang sangat cantik tapi tidak bisa dipakai sendirian. Jadi, dia memutuskan untuk mencari gadis yang sepatunya pas. Dia pergi ke setiap rumah di kerajaan dengan sepatu kaca di tangan, mencoba menemukan si pemilik sepatu. Di beberapa rumah, itu seperti mencoba memasukkan kaki gajah ke dalam sepatu tikus! Pangeran tertawa dan berkata, “Sepatu ini mungkin ajaib, tapi tidak seajaib itu!” Akhirnya, dia sampai ke rumah Cinderella. Ibu tiri dan saudara tiri mencoba memakai sepatu itu, tapi mereka tidak berhasil, meski menggunakan sendok untuk mendorong kaki mereka masuk! Cinderella, yang sedang duduk di dapur, berkata, “Bolehkah saya mencoba?” Dan tentu saja, sepatu itu pas sempurna! Pangeran tersenyum dan berkata, “Saya tahu itu kamu! Siapa lagi yang bisa menari dengan sepatu kaca?” Mereka tertawa, dan Cinderella tahu bahwa hidupnya akan berubah selamanya.

Dan begitulah, Cinderella dan Pangeran hidup bahagia selamanya di istana yang indah. Ibu peri mengunjungi mereka sesekali, selalu membawa tongkat sihirnya yang berkilau (dan beberapa lelucon baru!). Saudara tiri dan ibu tiri harus belajar untuk membersihkan rumah sendiri, yang membuat mereka berpikir dua kali sebelum menumpahkan jus lagi! Cinderella tidak pernah lupa hari-harinya sebagai pelayan, dan dia selalu baik kepada semua orang di kerajaan. Dia bahkan mengadakan kontes menari setiap tahun, di mana dia dan Pangeran menunjukkan langkah-langkah terbaru mereka. Tikus-tikusnya mendapatkan kamar khusus di istana dan menjadi tikus istana yang resmi. Dan sepatu kaca itu? Dipajang di tempat yang terhormat, di samping gambar Cinderella dengan sapu. Karena kamu tidak perlu sepatu khusus untuk menjadi istimewa; kamu hanya perlu teman yang baik dan hati yang ramah. Dan mungkin sedikit bantuan dari ibu peri! ❤️✨

Cerita selanjutnya: Dongeng Sebelum Tidur 2: Asal Mula Burung Cendrawasih

error: Isi artikel ini dilindungi !!